Minggu, 16 Desember 2012

FAKTA ILMIAH DIBALIK ADAB MAKAN RASULULLAH




Oleh : Iwanwahyu

“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk bernafasnya.”
(HR. Ahad, Ibnu Majah)

Fakta Ilmiahnya

Bila di analisis dari sisi kesehatan makan terlalu banyak dapat memberatkan kerja lambung, hati, usus besar dan ginjal, maka terjadi penurunan fungsi organ, dan pada akhirnya proses metabolisme terganggu.
Makan dengan porsi besar membuat pH tubuh menjadi asam dan bila tubuh tidak bisa mengatasi eadaan asam yang terlalu lama, maka akan terjadi penumpukan karbondioksida sehingga kadar oksigen menurun yang dapat berakibat sulitnya bernafas / sel-sel tubuh akan rusak - Ketika lambung dipenuhi oleh makanan maka terjadi peningkatan aliran darah ke lambung yang berisi oksigen, menyebabkan oksigen di sel tubuh berkurang dan menyebabkan kelelahan.

“ Sesungguhnya aku tidak makan bersandar “

fakta ilmiahnya

Karena pada saat duduk dengan posisi tegak syaraf pencernaan berada dalam keadaan tenang, tidak tegang dan tidak relaksasi sehingga apa yang dimakan dan diminum akan berjalan pada dinding usu dengan lembut dan perlahan sehingga tercipta keseimbangan organ pencernaan.
Sedangkan posisi bersandar dapan memungkinkan terjadinya refluks makanan dan minuman.

Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dengan menggunakan tiga jari. (HR. Muslim, HR. Daud)

fakta ilmiahnya

Dengan menggunakan tiga jari (jempol, telunjuk, dan jari tengah), makanan yang masuk ke mulut lebih sedikit, enzim ptyalin yang diproduksi kelenjar saliva mencerna makanan dengan maksimal sehingga makanan menjadi lembut dan mudah dicerna
Tangan mengeluarkan enzim RNAse, yaitu enzim yang dihasilkan tangan yang mempunyai kemampuan mengikat bakteri sehingga dapat menghambat aktivasi bakteri dalam tubuh

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” (HR. At Tirmidzi)

Fakta ilmiahnya :

Ikatan kimia air adalah H2O, tiupan nafas adalah CO2, maka H2O + CO2 menjadi H2CO3, yang merupakan senyawa berbahaya bagi tubuh. Perpindahan bakteri dari mulut dan hidung ke makanan atau minuman yang ditiup. Sifat bakteri menjadi pathogen pada host yang berbeda.

“Janganlah kalian minum dengan sekali teguk seperti minumnya unta, tetapi minumlah dua atau tiga kali teguk. Dan bacalah Basmalah jika kalian minum, serta bacalah Hamdalah jika kalian selesai minum.” fakta ilmiahnya : Minum 1 gelas dalam sekali teguk membuat hawa panas yang ada di lambung naik ke atas melawati esophagus dan faring tidak dapat dikeluarkan maksimal karena bertemu dengan air minum berikutnya sehingga terjadi benturan uap panas dengan air minum yang dapat menyebabakan gangguan tenggorokan.Sebenarnya masih banyak lagi cara-cara makan dan minum yang dilakukan rasul, diantaranya tidak dianjurkannya untuk makan dan minum berdiri, makan sambil berbicara, pososi duduk dengan mengangkat satu kaki dan semuanya dapat dijelaskan dari sisi kesehatan. “Nak, sesungguhnya itu semua adalah sunnahku, barangsiapa menghidupkan sunnahku maka ia mencintaiku, dan barangsiapa mencintaiku kelak akan bersamaku di surga” (HR. Thabrani) Sumber : Seminar "Adab Makan Rasulullah Ditinjau Dari Ilmiah Gizi" oleh Rita Ramayulis, DCN, M.Kes : ahli gizi, konsultan & author NOTE: Dari Anas r.a. dari Nabi saw.: "Bahwa ia melarang seseorang untuk minum sambil berdiri. Qatadah berkata, "Kemudian kami bertanya kepada Anas tentang makan. Ia menjawab bahwa itu lebih buruk." SEMOGA BERMANFAAT suka fullsite

sumber :
http://ipungnaimar.blogspot.com/2012/02/fakta-ilmiah-di-balik-adab-makan-yg.html

Sabtu, 15 Desember 2012

Gara-Gara Iddah, Pemimpin Yahudi Masuk Islam






REPUBLIKA.CO.ID, AMERIKA -- Robert Guilhem, pakar genetika dan pemimpin yahudi di Albert Einstein College menyatakan dengan tegas soal keislamannya. Dia masuk Islam setelah kagum dengan ayat-ayat Al-Quran tentang masa iddah wanita muslimah selama tiga bulan. Massa iddah merupakan massa tunggu perempuan selama tiga bulan, selama proses dicerai suaminya.

Seperti dikutip dari societyberty.com, hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan, massa iddah wanita sesuai dengan ayat-ayat yang tercantum di Alquran. Hasil studi itu menyimpulkan hubungan intim suami istri menyebabkan laki-laki meninggalkan sidik khususnya pada perempuan.

Dia mengatakan jika pasangan suami istri (pasutri) tidak bersetubuh, maka tanda itu secara perlahan-lahan akan hilang antara 25-30 persen. Gelhem menambahkan, tanda tersebut akan hilang secara keseluruhan setelah tiga bulan berlalu. Karena itu, perempuan yang dicerai akan siap menerima sidik khusus laki-laki lainnya setelah tiga bulan.

Bukti empiris ini mendorong pakar genetika Yahudi ini melakukan penelitian dan pembuktian lain di sebuah perkampungan Muslim Afrika di Amerika. Dalam studinya, ia menemukan setiap wanita di sana hanya mengandung sidik khusus dari pasangan mereka saja. 

Penelitian serupa dilakukannya di perkampungan nonmuslim Amerika. Hasil penelitian membuktikan wanita di sana yang hamil memiliki jejak sidik dua hingga tiga laki-laki. Ini berarti, wanita-wanita non-muslim di sana melakukan hubungan intim selain pernikahannya yang sah.

Sang pakar juga melakukan penelitian kepada istrinya sendiri. Hasilnya menunjukkan istrinya ternyata memiliki tiga rekam sidik laki-laki alias istrinya berselingkuh. Dari penelitiannya, hanya satu dari tiga anaknya saja berasal dari dirinya.

Setelah penelitian-penelitian tersebut, dia akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Ia meyakini hanya Islam lah yang menjaga martabat perempuan dan menjaga keutuhan kehidupan sosial. Ia yakin bahwa perempuan muslimah adalah yang paling bersih di muka bumi ini.

Redaktur: Dewi Mardiani
Reporter: Umi Lailatul

sumber : 
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/12/08/31/m9lz2z-garagara-iddah-pemimpin-yahudi-masuk-islam

Sabtu, 08 Desember 2012

Pembentukan Awan Hujan - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an





Awan-awan kecil (kumulus) berarak menuju daerah pertemuan di dekat cakrawala, di mana kita bisa melihat sebuah awan cumulonimbus yang besar (Clouds and Storms, Ludlam, plate 7.4.)
(A) Aw
an-awan kecil yang terpisah-pisah. (B) Ketika awan-awan kecil ini bergabung bersama, dorongan ke atas pada bagian tengah awan yang lebih besar semakin meningkat sehingga, awan ini tumbuh ke atas. Butiran air diberikan tanda bintik-bintik hitam. (The Atmosphere, Anthes and others, hal. 269.)
Awan cumulonimbus. Setelah ditumpuk ke atas, air hujan turun darinya.(Weather and Climate, Bodin, hal. 123.)
Para ilmuwan telah mempelajari berbagai jenis awan dan menyadari bahwa awan pembawa hujan terbentuk dengan sistem dan urutan tertentu. Bentuknya pun tertentu dan terkait dengan jenis angin dan tipe awan.

Salah satu awan pembawa hujan adalah awam CUMULONIMBUS. Ahli cuaca telah mempelajari pembentukan jenis awan ini dan bagaimana ia menghasilkan hujan, es, serta petir.

Mereka menemukan bahwa awan cumulonimbus melewati urutan berikut ini untuk menghasilkan hujan:

1. Awan didorong oleh angin: Awan cumulonimbus mulai terbentuk ketika angin mendorong beberapa awan kecil (awan cumulus) ke daerah tempat berkumpulnya awan-awan ini.
2. Penyatuan: Kemudian awan-awan kecil ini bergabung, menyatu dan membentuk awan yang lebih besar.
3. Penumpukan: Ketika awan-awan kecil ini bersatu, dorongan ke atas pada bagian dalam awan yang semakin besar ini meningkat. Dorongan ke atas pada bagian tengah awan lebih kuat dibandingkan dengan pada bagian pinggir. Alhasil tubuh awan ini tumbuh semakin besar secara vertikal, sehingga seolah-olah awan ini ditumpuk-tumpuk. Pertumbuhan ke atas ini menjadikan tubuh awan mencapai daerah yang lebih dingin pada lapisan atmosfer atas. Di sanalah tetesan-tetesan air dan butiran es terbentuk dan mulai tumbuh semakin besar. Ketika butiran air dan es ini telah lebih besar dan berat dibandingkan dengan dorongan ke atas yang menyangga mereka, jatuhlah air dan es ini sebagai gerimis, hujan ataupun hujan es.
Rincian pembentukan awan di dalam Al Qur'an
Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ

Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya... [An Nuur(24): 43]

Para ahli cuaca mengetahui rincian pembentukan awan, strukturnya dan cara kerjanya setelah melalui berbagai macam penelitian, pengamatan menggunakan alat-alat canggih. Mereka baru bisa menceritakan proses tersebut dengan bantuan alat-alat moderen seperti pesawat, satelit, komputer, balon udara dan peralatan lainnya. Mereka harus mempelajari angin serta arah pergerakannya. Mereka harus mengukur kelembaban udara dan variasinya serta menentukan jenis dan keragaman tekanan udara.

Kelanjutan ayat di atas, setelah menyebutkan awan dan hujan, adalah membicarakan es dan petir:

... dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. [An Nuur(24): 43]

Para ahli cuaca telah menemukan bahwa awan cumulonimbus yang menghasilkan hujan es ini dapat mencapai ketinggian hingga 7 sampai 9 kilometer. Dapat kita bayangkan bahwa awan ini memang ukurannya benar-benar seperti gunung sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat Al Qur'an di atas: "... dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung,...".


Demikianlah, Allah telah menerangkan sebuah fakta ilmiah yang baru terungkap oleh ilmu pengetahuan moderen. Sebuah keajaiban ilmiah yang tidak mungkin diketahui rinciannya oleh orang-orang di jaman diturunkannya Al Qur'an.

sumber :
(http://www.al-habib.info/review/al-quran-pembentukan-awan-hujan.htm)